Senin, 19 November 2012

asuhan keperawatan pada ca paru


PENDAHULUAN
BAB I
Landasan Teori
Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
Krsinoma bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus , tumor seperti ini adalah epidermoid , biasanya terletak dalam bronki yang besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru.
      Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru ini menigkat dengan angka lebih besar pada wanita disbanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hamper 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Bukti-bukti menunjukan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru.

2.      Klasifikasi dan pentahapan
Ada 4 jenis sel utama kanker paru (yang berbeda secara signifikan) :
§  Karsinoma epidermoid (sel skuamosa)
§  Karsinoma sel kecil (sel oat)
§  Adenokarsinoma
§  Karsinoma sel besar (tidak dapat dibedakan
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977)
a.       Karsinoma episermoid (sel skuamosa)      
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

b.       Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

 c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh. 
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
Selain tipe sel, kanker paru juga diberi tahapan. Tahap_tahap tumor mengacu pada ukuran tumor, apakah nodus linfe terkena, dan apakah kanker telah menyebar. Pentahapan ditentukan dengan biopsy jaringan, biopsy nodus limfe, dan mediastinoskopi. Pentahapan membantu menentukan apakah tumor harus diangkat.





3.      Etiologi
Penyebab munculnya kanker paru tidak diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa factor yang diduga sebagai pemicu terjadinya kanker paru yaitu:
1.      Asap tembakau
Kanker paru 10 x lebih umum terjadi pada perokok daripada bukan perokok. Risiko ini dapat ditentukan dari jumlah merokok pertahun, selain itu usia juga mempengaruhi dimana makin muda individu mulai merokok makin besar risiko terjadinya kanker paru. Factor lain yang juga bias dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap ( kandungan tar, filter vs tdk filter).
2.      Perokok kedua (perokok pasif)
Dengan kata lain individu yang secara involunter terpajan asap tembakau dalam lingkungan yang dekat berisiko terhadap terjadinya kanker paru.
3.      Polusi udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan kanker paru lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan karena penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
4.      Pemajanan okupasi
Pemajana kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru.
5.      Radon
Radon adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan. Bertahun-tahun gas ini dikaitkan dengan pertambangan uranium. Namun, kini diketahui gas tersebut dapat menyusup kerumah-rumah melalui bebatuan di dasar tanah. Kadar radon yang tinggi (>4 pikocuri/L) telah dikaitkan dengan terjadinya kaker paru.




6.      Vitamin A
Riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya kanker paru, karena vitamin A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.
7.      Factor-faktor lain
Factor genetic
4.      Manifestasi Klinis
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk 
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

5.      Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. 
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
6.      Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.





ASUHAN KEPERAWATAN
BAB II
Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
Ada beberapa aspek khusus yang harus dikaji untuk penentuan diagnose dalam proses keperawatan pasien dengan kanker paru, dimana yang diperoleh bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolic dan pengaruh pada fungsi organ.
Dasar data pengkajian pasien kanker paru (pra operasi) dimana pemeriksaan tergantung pada tipe, lamanya kanker, dan luasnya metastase.

a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala        :  kelemahan. Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,                              dipsnea karena aktivitas
Tanda        :  kelesuan ( biasanya pada tahap lanjut)
b.      Sirkulasi
Gejala        :  JVD (obstruksi vena kava)
                     Bunyi jantung; gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
                     Takkikardia/distrimia
c.       Integritas Ego
Gejala        :  perasaan takut, takut akan hasil pembedahan, menolak  kondisi                                                yang berat / potensial keganasan.
Tanda        :  kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
d.      Eliminasi
Gejala        :  Diarea yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal,    
               karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi urine (ketidak seimbangan hormonal,     tumor epidermoid)
e.       Makanan /Cairan
Gejala        :   penuruna berat badan, napsu makan buruk, penurunan masukan       
                      makanan.
                      Kesulitan menelan
Tanda        :   kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut)
Edema wajah/Leher, dada, punggung (obstruksi vena kava); edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermpid)

f.       Nyeri/Kenyamanan
Gejala        : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu         pada tahap lanjut) dimana dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
                  Nyeri bahu/tanggan ( khususnya pada sel besar atau adnokarsinoma)
                  Nyeri tulang/sendi: erosi kartilago sekunder terhadap peningkaan hormon pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma)
                                                Nyeri abdomen hilang timbul.           
g.      Pernafasan
Gejala           : Batuk  ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan / atau produksi sputum
                     Napas pendek
                     Pekerja yang erpajan polutan, debu indusri ( mis: asbes, oksida besi, debu batubara, maeri radioaktif)
                     Serak, paralisis pita suara
                     Riwayat merokok
Tanda           : dispnea, meningkat dengan kerja
                     Peningkatan fremitus taktil ( menunjukan konsolidasi)
                     Krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( gangguan aliran udara)
                     Krekels/mengi menetap; penyimpangan rakeal ( area yaqng mengalami lesi)
                     Hemoptisis
h . keamanan
Tanda : demam mungkin ada (sel besar atau adenokarsinoma)
                     Kemerahan, kulit pucat (keseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i . seksualitas
Tanda : ginekomastia (perubahan hormon neoplastik, karsinoma sel  besar)
j. penyuluhan/pembelajaran
Gejala : faktor resiko keluarga: kanker (khususnya paru )              tuberkolosis . kegagalan untuk membaik


2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
b.      Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
c.       Nyeri berhubungan dengan insisi bedah,trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
d.      Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian
e.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal informasi/sumber
3.      Perencanaan
a.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
Intervensi:
1.      Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, napas bibir, perubahan kulit atau membran mukosa, mis: pucat, sianosis.
2.      Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tak normal
3.      Selidiki kegelisahan dan perubahan mental/tingkat kesadaran
4.      Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
5.      Ubah posisi dengan sering letakan pasien pada posisi duduk juga posisi telentang sampai posisi miring.
6.      Hindari pemberian posisi  pasien dengan pneumonektomi pada sisi yang di operesi dengan tetap mempertahankan paru yang sakit.
7.      Dorong/bantu dengan latihan napas dalam dan napas bibir dengan tepat
8.      Pertahankan kepatenan sistem drainase dada untuk lubektomi, pasien reseksi segmen.
9.      Catat perubahan pada jumlah / tipe drainase selang dada
10.  Observasi adanya/derajat gelembung pada klep “water seal”
11.  Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Dorong periode istirahat / batasi aktivitas sesuai toleransi pasien
b.      Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
Intervensi :
1.      Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas dan adanya sekret
2.      Bantu pasien dengan/instruksi untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi
3.      Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi
4.      Penghisapan bila batuk lemah atau ronki tidak bersih dengan upaya batuk. Hindari penghisapan endotrakeal/nasotrakeal yang dalam pada pasien pneumonektomi bila mungkin.
5.      Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml perhari) dalam toleransi jantung
6.      Kaji nyeri/ ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernafasan
c.       Nyeri berhubungan dengan insisi bedah,trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
Intervensi:
1.      Tanyakan pasien te\ntang nyeri, tenukan karakteristik nyeri mis: terus menerus, sakit, menusuk, terbakar, buat rentang intensitas skala 0-10
2.      Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
3.      Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi
4.      Evaluasi keefektifan pemberian obat, dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri: ganti obat/waktu sesuai ketepatan.
5.      Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri
6.      Berikan tindakan kenyamanan mis: sering ubah posisi, pijatan punggung, sokongan bantal. Dorong menggukan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat.
7.      Jadwalkan periode istirahat , berikan lingkungan tenang
8.      Bantu aktivitas perawatan diri pernapasan atau latihan tangan dan ambulasi
d.      Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian
Intervensi:
1.      Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa
2.      Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
3.      Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama
4.      Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan
5.      Catat komentar/prilaku yang menunjukan menerima dan / menggunakan strategi efektif menerima situasi.
e.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal informasi/sumber
Intervensi:
1.      Diskusikan diagnosa, rencana atau terapi saat ini dan hasil yang diharapkan
2.      Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat.masukan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek atau panjang dari penyembuhan.
3.      Diskusi perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang
4.      Identifikasi tanda dan gejala
5.      Kaji keadekuatan sistem pendukung dan perlunya banuan dalam perawatan diri
6.      Anjurkan periode istirahat
7.      Anjurkan pasien/orang terdekat unuk melihat insisi yg tidak sembuh / terbuka
8.      Anjurkan menggunakan kaus katun yang lembut
9.      Ajurkan hindari baju ketat
10.  Anjurkan mandi dengan air hangat
11.  Sokong insisi dengan plester steril

4.      Evaluasi yang diharapkan
Evaluasi merupakan perubahan keberhasilan asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien kemungkinan evaluasi yang menentukan sikap selanjutnya misalnya : masalah teratasi/ tidak teratasi, jadi walaupun evaluasi dianggap akt dan proses keperawatan , namun tidak berhenti dan dibuat perencanaan lebih lanjut sesuai dengan kondisi klien :
§  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan pertukaran gas dapat terpenuhi
KE :  tidak terdapat sekret, napas paten dengan bunyi napas bersih / jelas.
§  . Bersihan jalan napas berhubungan dengan keterbatasan gerakan dada/nyeri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebersihan jalan napas dapat terpenuhi
KE: menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas , mis: batuk efekitif dan mengeluarkan sekret.
§   Nyeri berhubungan dengan insisi bedah,trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi
KE: mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi,  mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

§  Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketakutan atau ansietas dapat teratasi.
KE: tidak kwatir akan penyakitnya

§  Kurang pengeahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal informasi/sumber
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  30  diharapkan klien mandapatkan informasi.
KE: menyatakan pemahaman kondisi , proses penyakit , dan pengobatan , melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan


PENUTUP
BAB III
KESIMPULAN
Jadi penyebab utama dari kanker paru itu tidak diketahui pasti. Namun ada beberapa factor yang dianggap menjadi penyebab dari kanker paru itu, diantaranya:
·         Asap tembakau
·         Radon
·         Perokok kedua(pasif)
·         Deficit Vitamin A
·         Pemajanan okupasi
·         Factor lain :genetic

       
SARAN
Untuk menjaga diri agar tidak terkena ca paru, hal utama yang harus diperhatikan dengan menjaga gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung radikal bebas, dan Menjauhi rokok.






Daftar pustaka
doengoes,Marlyn . (2000).Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III.Jakarta:EGC
Mansjoer Arif,dkk.(1999).Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III.Jilid I.Jakarta;Media Aesculapius.FKUI









Tidak ada komentar:

Posting Komentar