PENDAHULUAN
BAB I
Landasan
Teori
Konsep
Dasar Medis
1. Pengertian
Krsinoma
bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang
timbul dari bronkus , tumor seperti ini adalah epidermoid , biasanya terletak
dalam bronki yang besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar
paru.
Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA.
Namun begitu, kanker paru ini menigkat dengan angka lebih besar pada wanita
disbanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab
paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hamper 70% pasien kanker
paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat
didiagnosis. Bukti-bukti menunjukan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di
tempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru.
2. Klasifikasi
dan pentahapan
Ada 4 jenis sel utama
kanker paru (yang berbeda secara signifikan) :
§ Karsinoma
epidermoid (sel skuamosa)
§ Karsinoma
sel kecil (sel oat)
§ Adenokarsinoma
§ Karsinoma
sel besar (tidak dapat dibedakan
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru
– paru (1977)
a.
Karsinoma episermoid (sel skuamosa)
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.
Karsinoma sel kecil
(termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel
– sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
Selain
tipe sel, kanker paru juga diberi tahapan. Tahap_tahap tumor mengacu pada
ukuran tumor, apakah nodus linfe terkena, dan apakah kanker telah menyebar.
Pentahapan ditentukan dengan biopsy jaringan, biopsy nodus limfe, dan
mediastinoskopi. Pentahapan membantu menentukan apakah tumor harus diangkat.
3. Etiologi
Penyebab munculnya
kanker paru tidak diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa factor yang
diduga sebagai pemicu terjadinya kanker paru yaitu:
1. Asap
tembakau
Kanker paru 10 x lebih
umum terjadi pada perokok daripada bukan perokok. Risiko ini dapat ditentukan
dari jumlah merokok pertahun, selain itu usia juga mempengaruhi dimana makin
muda individu mulai merokok makin besar risiko terjadinya kanker paru. Factor
lain yang juga bias dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap (
kandungan tar, filter vs tdk filter).
2. Perokok
kedua (perokok pasif)
Dengan kata lain
individu yang secara involunter terpajan asap tembakau dalam lingkungan yang
dekat berisiko terhadap terjadinya kanker paru.
3. Polusi
udara
Berbagai karsinogen
telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor
dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan kanker paru
lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan karena penumpukan polutan dan emisi
kendaraan.
4. Pemajanan
okupasi
Pemajana kronik
terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom,
asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan
terjadinya kanker paru.
5. Radon
Radon adalah gas tidak
berwarna dan tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.
Bertahun-tahun gas ini dikaitkan dengan pertambangan uranium. Namun, kini
diketahui gas tersebut dapat menyusup kerumah-rumah melalui bebatuan di dasar
tanah. Kadar radon yang tinggi (>4 pikocuri/L) telah dikaitkan dengan
terjadinya kaker paru.
6. Vitamin
A
Riset menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya kanker
paru, karena vitamin A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.
7. Factor-faktor
lain
Factor genetic
4.
Manifestasi Klinis
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
5. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
6.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
ASUHAN
KEPERAWATAN
BAB
II
Konsep
Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian
Ada
beberapa aspek khusus yang harus dikaji untuk penentuan diagnose dalam proses
keperawatan pasien dengan kanker paru, dimana yang diperoleh bergantung pada
berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolic dan pengaruh pada fungsi organ.
Dasar
data pengkajian pasien kanker paru (pra operasi) dimana pemeriksaan tergantung
pada tipe, lamanya kanker, dan luasnya metastase.
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
kelemahan. Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dipsnea karena aktivitas
Tanda :
kelesuan ( biasanya pada tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala :
JVD (obstruksi vena kava)
Bunyi
jantung; gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
Takkikardia/distrimia
c. Integritas
Ego
Gejala :
perasaan takut, takut akan hasil pembedahan, menolak kondisi
yang berat / potensial keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang
diulang-ulang
d. Eliminasi
Gejala :
Diarea yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil).
Peningkatan
frekuensi urine (ketidak seimbangan hormonal, tumor epidermoid)
e. Makanan
/Cairan
Gejala
:
penuruna berat badan, napsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Tanda :
kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut)
Edema
wajah/Leher, dada, punggung (obstruksi vena kava); edema wajah/periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa
dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermpid)
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri
dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/tanggan ( khususnya
pada sel besar atau adnokarsinoma)
Nyeri tulang/sendi: erosi
kartilago sekunder terhadap peningkaan hormon pertumbuhan ( sel besar atau
adenokarsinoma)
Nyeri
abdomen hilang timbul.
g.
Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan / atau produksi sputum
Napas pendek
Pekerja yang erpajan polutan,
debu indusri ( mis: asbes, oksida besi, debu batubara, maeri radioaktif)
Serak, paralisis pita suara
Riwayat merokok
Tanda : dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil
( menunjukan konsolidasi)
Krekels/mengi pada
inspirasi atau ekspirasi ( gangguan aliran udara)
Krekels/mengi menetap;
penyimpangan rakeal ( area yaqng mengalami lesi)
Hemoptisis
h .
keamanan
Tanda : demam mungkin ada (sel besar atau
adenokarsinoma)
Kemerahan, kulit pucat
(keseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i .
seksualitas
Tanda : ginekomastia (perubahan hormon neoplastik,
karsinoma sel besar)
j.
penyuluhan/pembelajaran
Gejala : faktor resiko keluarga: kanker (khususnya
paru ) tuberkolosis . kegagalan untuk membaik
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
b.
Bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
c.
Nyeri
berhubungan dengan insisi bedah,trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
d.
Ketakutan/Ansietas
berhubungan dengan adanya ancaman kematian
e.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal
informasi/sumber
3. Perencanaan
a.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
Intervensi:
1.
Catat
frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu,
napas bibir, perubahan kulit atau membran mukosa, mis: pucat, sianosis.
2.
Auskultasi
paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tak normal
3.
Selidiki
kegelisahan dan perubahan mental/tingkat kesadaran
4.
Pertahankan
kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan
penggunaan alat
5.
Ubah
posisi dengan sering letakan pasien pada posisi duduk juga posisi telentang
sampai posisi miring.
6.
Hindari
pemberian posisi pasien dengan
pneumonektomi pada sisi yang di operesi dengan tetap mempertahankan paru yang
sakit.
7.
Dorong/bantu
dengan latihan napas dalam dan napas bibir dengan tepat
8.
Pertahankan
kepatenan sistem drainase dada untuk lubektomi, pasien reseksi segmen.
9.
Catat
perubahan pada jumlah / tipe drainase selang dada
10. Observasi adanya/derajat gelembung pada klep “water seal”
11. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Dorong periode
istirahat / batasi aktivitas sesuai toleransi pasien
b.
Bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
Intervensi
:
1.
Auskultasi
dada untuk karakter bunyi napas dan adanya sekret
2.
Bantu
pasien dengan/instruksi untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk
tinggi dan menekan daerah insisi
3.
Observasi
jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi
4.
Penghisapan
bila batuk lemah atau ronki tidak bersih dengan upaya batuk. Hindari
penghisapan endotrakeal/nasotrakeal yang dalam pada pasien pneumonektomi bila
mungkin.
5.
Dorong
masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml perhari) dalam toleransi jantung
6.
Kaji
nyeri/ ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan
pernafasan
c.
Nyeri
berhubungan dengan insisi bedah,trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
Intervensi:
1.
Tanyakan
pasien te\ntang nyeri, tenukan karakteristik nyeri mis: terus menerus, sakit,
menusuk, terbakar, buat rentang intensitas skala 0-10
2.
Kaji
pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
3.
Catat
kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi
4.
Evaluasi
keefektifan pemberian obat, dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol
nyeri: ganti obat/waktu sesuai ketepatan.
5.
Dorong
menyatakan perasaan tentang nyeri
6.
Berikan
tindakan kenyamanan mis: sering ubah posisi, pijatan punggung, sokongan bantal.
Dorong menggukan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi,
dan aktivitas hiburan yang tepat.
7.
Jadwalkan
periode istirahat , berikan lingkungan tenang
8.
Bantu
aktivitas perawatan diri pernapasan atau latihan tangan dan ambulasi
d.
Ketakutan/Ansietas
berhubungan dengan adanya ancaman kematian
Intervensi:
1.
Evaluasi
tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa
2.
Akui
rasa takut/masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
3.
Berikan
kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama
4.
Terima
penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan
5.
Catat
komentar/prilaku yang menunjukan menerima dan / menggunakan strategi efektif
menerima situasi.
e.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal informasi/sumber
Intervensi:
1.
Diskusikan
diagnosa, rencana atau terapi saat ini dan hasil yang diharapkan
2.
Kuatkan
penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang
tepat.masukan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek atau
panjang dari penyembuhan.
3.
Diskusi
perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang
4.
Identifikasi
tanda dan gejala
5.
Kaji
keadekuatan sistem pendukung dan perlunya banuan dalam perawatan diri
6.
Anjurkan
periode istirahat
7.
Anjurkan
pasien/orang terdekat unuk melihat insisi yg tidak sembuh / terbuka
8.
Anjurkan
menggunakan kaus katun yang lembut
9.
Ajurkan
hindari baju ketat
10. Anjurkan mandi dengan air hangat
11. Sokong insisi dengan plester steril
4. Evaluasi
yang diharapkan
Evaluasi
merupakan perubahan keberhasilan asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien kemungkinan evaluasi yang menentukan sikap selanjutnya misalnya : masalah
teratasi/ tidak teratasi, jadi walaupun evaluasi dianggap akt dan proses
keperawatan , namun tidak berhenti dan dibuat perencanaan lebih lanjut sesuai
dengan kondisi klien :
§
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kebutuhan pertukaran gas dapat terpenuhi
KE : tidak terdapat sekret, napas paten dengan
bunyi napas bersih / jelas.
§
.
Bersihan jalan napas berhubungan dengan keterbatasan
gerakan dada/nyeri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kebersihan jalan napas dapat terpenuhi
KE: menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas , mis: batuk efekitif dan mengeluarkan sekret.
§
Nyeri berhubungan dengan insisi bedah,trauma
jaringan, dan gangguan saraf internal
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat
teratasi
KE:
mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi, mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi.
§
Ketakutan/Ansietas
berhubungan dengan adanya ancaman kematian
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketakutan
atau ansietas dapat teratasi.
KE: tidak kwatir akan penyakitnya
§
Kurang
pengeahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal informasi/sumber
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 diharapkan klien mandapatkan informasi.
KE: menyatakan pemahaman kondisi , proses penyakit , dan
pengobatan , melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan
PENUTUP
BAB III
KESIMPULAN
Jadi
penyebab utama dari kanker paru itu tidak diketahui pasti. Namun ada beberapa
factor yang dianggap menjadi penyebab dari kanker paru itu, diantaranya:
·
Asap tembakau
·
Radon
·
Perokok kedua(pasif)
·
Deficit Vitamin A
·
Pemajanan okupasi
·
Factor lain :genetic
SARAN
Untuk
menjaga diri agar tidak terkena ca paru, hal utama yang harus diperhatikan
dengan menjaga gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung
radikal bebas, dan Menjauhi rokok.
Daftar pustaka
doengoes,Marlyn . (2000).Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
III.Jakarta:EGC
Mansjoer Arif,dkk.(1999).Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III.Jilid
I.Jakarta;Media Aesculapius.FKUI